RakyatTimes.id – LGBT, merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. LGBT adalah suatu hal yang tabu dan mengundang kontroversi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama muslim dan menjungjung tinggi nilai moral. Maka di Indonesia fenomena ini dianggap tidak lazim dan aneh oleh sebagian masyarakat.
Faktor yang memicu terjadinya LGBT bukan hanya karena faktor lingkungan tetapi ada faktor-faktor lain yang memicunya. Faktor lainnya yaitu budaya, fisik, seks, psikologi, agama dan juga Kesehatan turut serta dalam pemicu LGBT.
Jika kita membicarakan tentang LGBT, maka erat kaitannya dengan mental disorder atau penyakit jiwa. Jiwa yang sehat dan bersih akan menimbulkan perilaku dan pemikiran yang lurus dan baik pula. Semakin bersih jiwa seseorang, maka dorongan untuk melakukan perbuatan baik akan semakin meningkat. Semua ini didasari dengan pemahaman yang kuat akan tauhid. Karena tauhid memiliki kedudukan sentral dan esensial yang mana selain tempat bermuaranya pola pikir, perilaku tauhid pun sebagai tolak ukur diterima atau tidaknya suatu amal. Tauhid pun menumbuhkan hal-hal positif, karena tauhid yang salah menyebabkan seluruh amal yang kita perbuatan akan batal.
Jiwa yang bersih pun akan menunjukkan akhlak yang mulia. Akhlak dapat terbentuk dari aktivitas atau perbuatan yang dilakukan. Semakin baik perbuatan yang kita lakukan, maka semakin baik pula akhlak yang kita miliki. Pembahasan akhlak pun erat kaitannya dengan pembahasan jiwa, karena jiwalah tempat berseminya akhlak. Dengan kata lain, jiwa yang bersih akan melahirkan perbuatan baik yang tercermin dari akhlak yang mulia. Jika seorang anak dari kecil sudah terdidik dengan tauhid yang kuat, maka akan muncullah rasa takut terhadap ALLAH SWT, dengan rasa takut inilah dia akan dapat memilah antara haq dan batil.
Maka banyak dari kaum LGBT yang mempunyai latar belakang agama yang lemah. Mereka mengikuti nafsu duniawi tanpa menyeimbanginya dengan tauhid yang kokoh. Tak sedikit dari kaum LGBT yang terkadang tidak memercayai adanya Tuhan atau menganggap Tuhan hanyalah imajinasi belaka. Pemahaman yang kurang ini pun terbentuk dari kurangnya perhatian dan edukasi orang tua terhadap anaknya. Karena bagi orang tua sangat diperlukan menyiapkan materi akhlak dan juga implementasi nilai-nilai ibadah melalui keluarga secara sehat. Karena jika tidak dengan ini, maka LGBT akan menjadi ancaman besar bagi moral remaja dan juga masa depan mereka. Tak hanya tentang moral dan ibadah, para orang tua pun harus membimbing dan memberi pendidikan seks secara baik kepada sang anak. Apalagi memasuki masa puber, agar si anak tak salah kaprah, karena pada masa inilah anak memiliki growing straight (perkembangan yang lurus) tentang identitas diri. Maka jika setiap orang tua sadar akan pentingnya pendidikan moral, jiwa dan juga seks terhadap anaknya, maka akan terbentuk generasi muslim yang mulia yang terjauh dari perbuatan LGBT.
Kaum LGBT pun mengklaim apapun yang mereka lakukan didasari rasa nyaman dan bahagia. Mereka merasakan sangat tersiksa apabila tetap mengikuti asal jati diri mereka. Maka mereka memilih untuk mendapatkan kebahagiaan yang sementara yang tidak memberikan keseimbangan terhadap individu manusia dan didasari nafsu semata daripada yang kekal abadi. Karena LGBT berkaitan erat dengan memahami hukum syariat Islam. Tanpa memahami syariat yang benar maka manusia akan kehilangan arah dan tidak akan mencapai kebahagiaan yang hakiki karena tertutupi oleh nafsu dunia.
Kita ambil salah satu contoh transeksual yang kembali ke jalan yang benar yaitu Rega Bernando. Dia mengatakan terlahir dengan keinginan atau hasrat menjadi seorang wanita. Maka ketika sudah beranjak dewasa dia pun mulai mengubah diri yang tadinya pria menjadi wanita, dan menamai dirinya menjadi Kimberly. Dia merasakan kebahagiaan yang luar biasa dan mulai menjalani hidupnya dengan identitas baru sebagai wanita. Tetapi lambat laun dia merasakan jiwanya kering. Harta, kebahagiaan yang selama ini dia harapkan dan sudah dia dapatkan pun serasa tak ada artinya. Dia merasa jiwa dan raganya hampa. Maka suatu waktu dia mencoba kembali melakukan ibadah yaitu sholat. Setelah melakukannya hari demi hari, ada yang terisi dari kekosongan jiwanya yaitu ketentraman. Maka dengan izin ALLAH dia pun kembali menjadi pria seutuhnya. Inilah yang kita namakan sebagai kebahagiaan yang tak kekal yang hanya didasari nafsu semata.
Penulis: Enda Permata Sari, Mahasiswi jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN SUSKA RIAU
Ikuti Kami di Halaman FACEBOOK RAKYAT TIMES dan TELEGRAM RAKYAT TIMES untuk mendapatkan informasi terupdate
***
Dapatkan info berita terbaru via Group Whatsapp RAKYAT TIMES
***
Ikuti INSTAGRAM RAKYAT TIMES untuk mendapatkan informasi terbaru dalam Gambar.