Menyuarakan Anti LGBT Disebut Ganggu Ruang Privasi?

RakyatTimes.id – Hubungan seksual yang Tuhan ciptakan itu hanya hubungan laki-laki dan perempuan, fakta bahwa Allah menciptakan Adam dan Hawa untuk kemudian dapat memberikan keturunan, bukannya hubungan Adam dan Udin, dengan kata lain tidak ada hubungan selain laki-laki dan perempuan dalam hal yang bersifat intim. Berbicara mengenai hubungan Adam dan Udin, seiring perkembangan zaman selalu muncul kata-kata yang menjadi daya tarik sebagai alasan dari setiap perbuatan sebagai pembenaran. Kata freedom misalnya, zaman kebebasan tanpa ada ikatan dari pihak manapun. Kalimat yang paling otentik ketika adanya pembelaan dari perbuatan salah “hargai kebebasan setiap orang” kalimat ini seakan mengekang bahwa perbuatan salah sah-sah saja dilakukan tanpa adanya campur tangan orang lain dengan dalih menghargai kebebasan yang orang lain pilih.

Seperti apa kebebasan itu sebenarnya? Ketika ada norma-norma yang dilanggar dimasyarakat, “biarkan saja itu hidup mereka, ga usah ikut campur” seringkali jawaban seperti itu yang didapatkan. Individualis boleh-boleh saja tapi tidak dengan masalah yang dapat merusak generasi penerus bangsa. Tidak hanya sebatas kebebasan yang menjadi pembelaan, karena LGBT berkaitan dengan seksual, tentu ini menjadi alasan lagi untuk tidak ikut campur dalam urusan pribadi seseorang. Tidak akan ada habisnya pro dan kontra LGBT ini. Kembali pada topik yang akan penulis bahas pada kesempatan kali ini tentunya juga menjadi pro dan kontra dalam pembahasannya.

Baru-baru ini seorang politisi yang bernama Bobby Nasution yang merupakan walikota Medan menyuarakan didepan publik akan penolakannya terhadap LGBT dikota Medan. Ia juga mempostingnya diakun twitter milik pribadinya, dipostingan tersebut dapat kita lihat banyak opini. Salah satu opini terpopuler dan banyak likenya adalah yang mengatakan bahwa ketika pemerintah mengurus hal privat masyarakatnya. Pandangan yang terlalu menutup akan pintu kebenaran, sejak kapan patologi sosial menjadi hal yang privat dalam masyarakat. Ketika upaya kebenaran yang dilakukan pemerintah hanya dianggap buang-buang tenaga dan hanya sebagai kampanye untuk dapat dukungan lebih banyak pihak yang kuat. Apakah setidakberguna itu dalam menyuarakan kebenaran yang faktanya sangat sulit untuk diterima? Just let it be, toh itu juga hal yang sangat baik dan penting.

Ketika pemerintah sudah menyuarakan seperti itu, tidak perlu tutup telinga dan berlagak seakan yang disampaikan itu adalah hal yang buang waktu dan tenaga. Perlu penyadaran seperti apa bahwa moral akan kemanusiaan dengan kenormalan yang ada adalah hal yang sangat penting. Sedikit kebenaran yang ingin penulis sampaikan disini yang seharusnya kebenaran ini tentu tidak akan menggiring opini dengan kata pembelaan “ freedom, ruang privat, hak dan lain sebagainya”. Penulis ingin mengajak pembaca kembali mengingat sejarah LGBT pada zaman Nabi Luth yang kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an. Hukuman bagi kaum nabi Luth sudah dijelaskan dalam Q.S Al-Hijr:74-76

“Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda”.

Manusia diciptakan untuk dapat berpikir mana yang baik dan buruk, membuka telinga lebar-lebar akan kebenaran yang harus diterima, bukannya mencari alasan dari hal yang sudah jelas tidak baik dan dapat meruntuhkan nilai moral. Ketika suatu perbuatan yang dilakukan salah tentu kita sebagai muslim harus saling mengingatkan, tidak ada kata privasi jika itu memang salah. Kebenaran harus ditegakkan walaupun ditengah serbuan opini kontra yang menyerang.

Penulis: Rifda Latipa, dari jurusan BIMBINGAN KONSELING ISLAM, UIN SUSKA RIAU.

***

Ikuti Kami di Halaman FACEBOOK RAKYAT TIMES dan TELEGRAM RAKYAT TIMES untuk mendapatkan informasi terupdate
***
Dapatkan info berita terbaru via Group Whatsapp RAKYAT TIMES
***
Ikuti INSTAGRAM RAKYAT TIMES untuk mendapatkan informasi terbaru dalam Gambar.