KAMPAR(RakyatTimes.id) – Desa Ekowisata Ramah Anak Peduli Perempuan dan Pendidikan adalah inovasi PJ Bupati Kampar, Dr. H. Kamsol,M.M dalam upaya mewujudkan ekosistem pembangunan berkeadilan khususnya bagi warga Kampar di kawasan Suaka Margasatwa Rimbang Baling. Sebanyak.23 Desa Sangat Tertinggal di Kabupaten Kampar berada di Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Sembilan desa berada dalam kawasan, 14 desa lainnya di sekitar kawasan. PJ Bupati Kampar memandang perlu adanya regulasi khusus di daerah konservasi yang mendorong semua pihak bahu membahu membangun ekosistem yang lebih berkeadilan.
Pemkab Kampar membentuk Sekretariat Bersama (Sekber) Derappp sebagai wahana kolaborasi pentahelix untuk memastikan seluruh OPD terkait mendukung penuh upaya pemerintah dan masyarakat desa memenuhi empat komponen utama Derappp yakni Desa Pendidikan, Desa Kreatif, Desa Ekowisata, dan DRPPA.
Kepala Disparbud Kampar, Ir.Zulia Dharma selaku pelaksana Sekber Derappp memfasilitasi beberapa orang hadir mewakili Sekber Derappp Kampar dalam Temu Wicara Ecotourism Indonesia yang dilaksanakan Indecon dan mitra di Kabupaten Malang.
David Hendra, Kabid Pemasaran Disparbud, Nazarudin, staf sekretariat Disparbud, dan Dessy Eka Sari, Kabid Penerangan Jalan Dishub hadir dalam TJEI pada 13-16 Maret. Ketua Umum GIP, Yanti Kerlip dan Koordinator YSKI Kampar, Hot Martua Pasaribu menyusul 14 Maret 2023. Secara terpisah, kepala desa Air Kuning, Damri hadir memenuhi undangan Indecon.
“Bahan presentasi terkini Pak Bupati tentang Derappp sudah disampaikan kepada panitia. Cuplikan film dokumenter Derapp di Rimbang Baling sudah kami siapkan. Kami bertiga harus kembali ke Kampar hari ini. Silakan ibu atur agar film ini ditayangkan sampai bagian lagu Rimbang Baling, Pak Wali menyampaikan kondisi di kawasan SM Rimbang Baling diperkuat kembali oleh ibu dengan penjelasan Derappp dan giat Desa Pendidikan.oleh Hot Martua. Terakhir putar bagian lagu sampai selesai, “Ketua rombongan David Hendra mengatur sesi presentasi Sekber Derappp pada hari ketiga.
Pantai Tiga Warna yang Eksotik
Peserta TJEI dari berbagai wilayah nusantara sangat antusias mengikuti kegiatan eksplorasi pada hari kedua. Pemandu wisata membawa rombongan memasuki kawasan konservasi. Kendaraan VIar menjadi moda angkutan setiap 10 pengunjung ke Pos 1. Pada perhentian pertama ini pengunjung menerima penjelasan mengenai konservasi dan tata aturan memasuki wilayahnya.
“The Power of Emak-Emak, kami menempatkan perempuan di Pos 1 karena kekhasan pendekatan perempuan membuat pengunjung kawasan ini mengikuti Check List di Pos 2 dengan senang hati, “ujar pimpinan rombongan, Ari.
Peserta menyimak dengan antusias penjelasan fungsi ruang penerimaan di Pos 2 oleh Ari. “Kalau di tempat lain, saya berupaya menghindar dari pemeriksaan, disini saya malah tak sabar menunggu proses check list, “ujar Eka Lidya, peserta TJEI dari Bogor.
Rombongan peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dengan seorang pemandu wisata terlatih per kelompok. Semua peserta mengikuti proses check list yang unik. Penjaga Pos 2 menyiapkan 2 rangkap lembar check list dan menghitung setiap item yang berpotensi menjadi sampau kepada ketua kelompok. Sanksi sebesar Rp100.000 akan dikenakan kepada kelompok yang tidak membawa pulang item tersebut.
“Gerbang masuk kawasan konservasi ini hanya satu untuk memudahkan pelaksanaan check list. Ruang penerimaan dirancang agar pengunjung nyaman mendapat penjelasan do and don’ts sebelum masuk kawasan, “pungkas Ari.
Pengunjung Clungup Mangrove Conservasi (CMC) melewati area mangrove sebelum memasuki daerah hutan pinus tempat kami sarapan bersama. Panitia menyediakan sarapan yang lezat. Ada Nasi pecal pedas, rempeyek kacang, telur dadar tahu, tempe, dan sambal. Penjelasan tentang perjuangan perintis CMC dilaksanakan setelah senam otak bersama.
Sesi berikutnya adalah penanaman mangrove. Pengunjung diajak memilih bibit mangrove dan berjalan ke area tanam. CMC menyediakan area selfie sebelum pengunjung menanam mangrove di area berlumpur. Kemudian, pemandu mengajak pengunjung ke jembatan kayu Mangrove untuk berfoto dan membersihkan lumpur.
Pantai Gatra menjadi tujuan berikutnya. Banyak pengunjung yang memesan minuman kelapa muda langsung dari pohon. Peserta termuda, Dinda bersama beberapa anak muda lainnya berenang di pantai Gatra. Tersedia perahu di Jembatan Kayu Mangrove bagi pengunjung yang kelelahan. Rombongan dari Sekber Kampar memilih jalan kaki menuju Pantai Tiga Warna.
Pantai berkapasitas maksimal 250 orang ini benar-benar eksotik. pengunjung diminta mengisi papan masuk dan keluar. Setiap rombongan dibatasi hanya 2 jam berada di Pantai Tiga Warna. Hampir semua peserta TJEI dan fasilitator menikmati snorkeling di pantai dengan tiga warna air tersebut. Batang kayu mangrove menjulur indah memanjakan pengunjung yang ingin duduk memandang laut lepas. Tersedia ayunan kayu dan wahana selfie yang mengekspose keindahan pantai tersebut.
Usul Wali Damri untuk melaksanakan TJEI 2024 di Kampar mendapat sambutan antusias. Peserta dan fasilitator meneriakkan Sampai Jumpa di TJEI 2024 di Kampar pada sesi foto bersama sebelum kembali ke tempat homestay melalui pelabuhan. Perahu berkapasitas 30-40 sudah menunggu kami di dermaga yang elok dan bersih.***
Ikuti Kami di Halaman FACEBOOK RAKYAT TIMES dan TELEGRAM RAKYAT TIMES untuk mendapatkan informasi terupdate
***
Dapatkan info berita terbaru via Group Whatsapp RAKYAT TIMES
***
Ikuti INSTAGRAM RAKYAT TIMES untuk mendapatkan informasi terbaru dalam Gambar.